Kadang kita ngerasa obrolan ngalir, kita excited banget cerita ini-itu, tapi… sadar nggak sih, orang di depan kita mulai ngeliat jam, main HP, atau cuma senyum simpul? Bisa jadi itu sinyal bahwa kamu udah terlalu banyak bicara dan kurang mendengarkan.
Di era Gen Z yang serba ekspresif, semua orang pengen suaranya didengar. Tapi, kalau kamu kebanyakan nyerocos tanpa henti, itu bisa bikin orang menjauh. Nah, kali ini kita bakal bahas detail tanda kamu terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan supaya kamu nggak jadi toxic talker tanpa sadar.
Kenapa Penting Mendengarkan?
Sebelum masuk ke tanda-tandanya, kita harus tahu dulu kenapa kemampuan mendengarkan itu krusial banget:
- Bikin orang merasa dihargai dan didengar.
- Meningkatkan kualitas hubungan personal dan profesional.
- Nunjukin bahwa kamu peduli, bukan cuma pengen eksis.
- Membantu kamu belajar hal baru dari perspektif lain.
Dalam komunikasi dua arah, mendengarkan aktif itu kunci supaya hubungan tetap sehat dan setara.
1. Kamu Sering Mendominasi Obrolan
Salah satu tanda kamu terlalu banyak berbicara adalah kamu merasa harus selalu jadi pusat percakapan. Kamu terus nyambungin topik orang lain balik ke cerita kamu.
Contoh:
Teman: “Akhir-akhir ini aku stress kerjaan…”
Kamu: “Iya aku juga! Minggu lalu aku sampai…”
Padahal, bisa jadi dia cuma pengen curhat, bukan denger cerita kamu.
Ciri-ciri dominasi obrolan:
- Selalu memotong cerita orang.
- Nggak ada jeda buat tanya balik.
- Obrolan selalu muter balik ke kamu.
Kalau kamu sering kayak gitu, fix itu tanda kamu kurang mendengarkan.
2. Kamu Jarang Tanya Balik atau Nggak Nunjukin Tertarik
Orang yang emang dengerin biasanya kasih tanggapan yang relevan. Tapi kalau kamu cuma diem waktu orang cerita, terus langsung ganti topik ke kamu lagi, itu bikin orang ngerasa diabaikan.
Tanda kamu begini:
- Jarang nanya “serius?”, “terus gimana?”, “abis itu apa?”
- Mukanya datar, matanya kosong waktu orang cerita.
- Langsung potong cerita buat bahas hal lain.
Ini salah satu tanda kamu terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan yang bikin kamu keliatan kurang empati.
3. Teman atau Lawan Bicara Mulai Menjauh
Sering ngerasa orang tiba-tiba jadi lebih singkat balesnya? Atau orang jadi malas ngajak ngobrol kamu duluan?
Kemungkinan besar kamu udah terlalu banyak ngomong, dan bikin orang lelah. Karena komunikasi itu bukan soal kuantitas, tapi kualitas.
Ciri-cirinya:
- Orang jawab seperlunya aja.
- Mereka cari alasan buat nyudahin obrolan.
- Mereka lebih aktif di grup tapi pas kamu chat, pasif.
Kalau ini sering kejadian, kamu perlu evaluasi cara kamu berkomunikasi.
4. Kamu Gampang Nggak Sabar Waktu Orang Cerita
Kamu pernah ngerasa gatel pengen nyela pas orang lagi cerita? Rasanya pengen cepet-cepet ganti topik? Itu tanda kamu nggak sabar mendengarkan.
Biasanya ditandai dengan:
- Gerakan tubuh gelisah.
- Mata nggak fokus.
- Langsung nyambungin ke topik yang kamu suka.
Ini bukan cuma bikin kamu kelihatan egois, tapi juga bikin orang malas cerita lagi.
5. Kamu Sering Ulang Cerita yang Sama
Kalau kamu sering banget ngulang cerita yang sama, itu bisa jadi sinyal kamu nggak sadar udah sering ngomong dan kurang menyimak respon orang.
Orang yang kurang mendengarkan biasanya juga nggak peka sama respon audiensnya.
Tanda lainnya:
- Cerita kamu nggak nyambung sama suasana.
- Kamu terus nge-push topik yang sebenarnya udah lewat.
- Kamu terlalu excited sama diri sendiri.
Ingat, obrolan itu kayak dansa, bukan solo konser.
6. Kamu Sering Dibilang “Cerewet” atau “Bawel”
Kalau lebih dari tiga orang bilang kamu cerewet, mungkin bukan bercanda. Bisa jadi kamu memang terlalu banyak ngomong.
Tapi jangan salah, jadi orang cerewet bukan dosa. Yang penting adalah kapan harus ngomong, kapan harus diem.
7. Kamu Susah Ngerespon Orang dengan Empati
Saat orang cerita hal personal, kamu bingung harus bilang apa. Kamu malah ganti topik, bercanda, atau ngeremehin. Ini karena kamu nggak benar-benar mendengarkan dengan hati.
Tanda-tandanya:
- Kamu nyambungin semuanya ke pengalamanmu sendiri.
- Nggak ada validasi kayak “wah, pasti berat ya”.
- Kamu buru-buru kasih solusi tanpa paham masalahnya.
Ini bikin orang merasa nggak didengar dan bisa ngerusak relasi.
8. Kamu Nggak Tahu Update Temanmu Padahal Sering Ngobrol
Kamu sering ngobrol sama temen, tapi kaget pas tahu mereka baru pindah rumah atau resign dari kerjaan? Artinya kamu selama ini nggak benar-benar dengerin.
Mungkin kamu terlalu sibuk mikirin apa yang mau kamu omongin selanjutnya sampai lupa dengerin cerita mereka.
9. Obrolanmu Cuma Monolog
Coba inget-inget, terakhir kali kamu ngobrol, siapa yang ngomong paling banyak? Kalau 90% kamu terus yang ngomong, itu bukan ngobrol — itu monolog.
Tanda lainnya:
- Lawan bicara cuma bilang “iya” dan “hmm”.
- Kamu nggak tahu pendapat mereka soal topik itu.
- Habis ngobrol, kamu nggak tahu apa-apa tentang mereka.
Komunikasi sehat butuh timing ngomong dan timing diem yang balance.
10. Kamu Jarang Dapat Feedback Positif Saat Cerita
Pernah nggak kamu cerita panjang lebar tapi responnya datar? Atau malah orang jadi ganti topik?
Itu bisa jadi sinyal kamu terlalu banyak bicara dan orang udah capek dengerinnya.
Mungkin kamu perlu mulai lebih banyak dengerin dan kasih ruang ke orang lain juga.
Kenapa Banyak Ngomong Bisa Jadi Masalah?
Banyak ngomong belum tentu buruk. Tapi kalau nggak diimbangi dengan mendengarkan, bisa bikin:
- Orang males ngobrol balik.
- Kamu kehilangan momen belajar dari perspektif lain.
- Koneksi emosional jadi dangkal.
Tanda kamu terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan bisa merusak hubungan jangka panjang lho, baik personal maupun profesional.
Gimana Cara Balikkan Keadaan?
Yuk mulai jadi pendengar aktif dengan tips berikut:
- Tahan diri 5 detik sebelum nyela atau komentar.
- Gunakan frasa kayak “ceritain dong lebih lanjut”, “terus gimana?”
- Fokus tatapan mata dan bahasa tubuh yang terbuka.
- Rekap balik poin penting dari yang orang bilang, misalnya: “jadi kamu ngerasa… ya?”
Dengan gitu, kamu menunjukkan bahwa kamu benar-benar hadir dan peduli.
Ciri-Ciri Pendengar Aktif
Kalau kamu mulai berubah, kamu bakal nunjukin tanda ini:
- Orang nyaman curhat ke kamu.
- Kamu bisa tanggapi cerita dengan empati.
- Obrolan jadi dua arah, nggak one man show.
- Kamu lebih paham situasi sekitar.
Jadi pendengar aktif bukan berarti diem terus, tapi tahu kapan waktunya bicara, kapan waktunya menyimak.
Checklist: Apakah Kamu Sudah Jadi Pendengar Baik?
- Aku nggak sering motong orang.
- Aku dengerin cerita sampai selesai.
- Aku ngerespon dengan empati.
- Aku nanya balik soal cerita mereka.
- Aku nggak buru-buru ganti topik.
- Aku sadar kapan harus diam.
Kalau kamu checklist lebih dari 4, selamat! Kamu udah on track jadi pendengar yang oke.
Kapan Harus Nge-rem Bicara?
Tiap orang beda-beda, tapi ini momen kamu harus rem mulut sedikit:
- Kalau lawan bicara keliatan bosan.
- Kalau kamu terus yang ngomong, dan mereka diam.
- Kalau kamu mulai cerita ngalor-ngidul nggak jelas.
- Kalau kamu sadar semua cerita balik ke kamu.
Mulai dari sadari momen kecil ini, kamu bisa lebih mindful pas ngobrol.
Apakah Bicara Banyak Selalu Buruk?
Enggak juga. Tapi kalau nggak tahu batasnya, kamu bisa dianggap:
- Egois.
- Suka pamer.
- Nggak peka.
- Sulit dipercaya.
Semuanya bisa dihindari kalau kamu sadar tanda kamu terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan, lalu mulai ubah pola komunikasimu.
FAQ: Terlalu Banyak Bicara vs Pendengar Aktif
1. Bicara banyak itu salah?
Enggak, selama kamu juga kasih ruang buat orang lain.
2. Gimana tahu aku terlalu banyak ngomong?
Kalau kamu lebih sering cerita daripada nanya, itu sinyalnya.
3. Bisa berubah jadi pendengar aktif?
Bisa banget. Semua orang bisa belajar asal konsisten.
4. Kenapa aku suka potong pembicaraan?
Mungkin kamu excited, tapi harus dilatih supaya nggak ganggu flow orang.
5. Apakah semua orang suka didengar?
Yes! Semua orang pengen merasa dihargai lewat didengarkan.
6. Kenapa susah jadi pendengar?
Karena kita cenderung fokus pada respon, bukan menyimak. Tapi itu bisa dilatih.
Kesimpulan: Dengerin Dulu, Baru Cerita
Jadi, setelah baca ini, kamu bisa evaluasi sendiri apakah udah nunjukin tanda kamu terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan. Nggak salah kok kalau kamu suka ngomong, tapi pastiin juga kamu kasih ruang buat orang lain bercerita.
Karena komunikasi yang sehat itu bukan siapa paling banyak ngomong, tapi siapa yang bisa bikin orang lain merasa aman, dihargai, dan nyaman untuk terbuka.
Mulai dari sekarang, yuk kita jadi pendengar yang lebih baik. Dunia butuh lebih banyak orang yang bisa dengerin, bukan cuma ngomongin diri sendiri.