Sepak bola modern lagi banyak banget pemain hybrid: bisa main di banyak posisi, ngerti taktik, dan punya kaki cepat tapi otak lebih cepat. Di antara nama-nama muda yang lagi naik, ada satu yang pelan tapi pasti mencuri perhatian: Nicola Zalewski.
Nama belakangnya Polandia banget. Tapi aksennya Italia. Lahir di pinggiran Roma, tapi pakai jersey merah putih Polandia. Mainnya di sayap, tapi kadang tiba-tiba udah ngisi lini tengah. Yes, Zalewski itu pemain yang multitool banget—dan bukan cuma fleksibel, tapi efektif.
Waktunya kita bahas siapa sebenernya Nicola Zalewski ini, kenapa dia makin penting buat Roma dan Polandia, dan gimana dia bisa jadi salah satu bintang masa depan paling “lowkey” tapi berbahaya.
Lahir di Italia, Berdarah Polandia
Nicola Zalewski lahir 23 Januari 2002 di Tivoli, pinggiran Roma, dari pasangan imigran asal Polandia. Secara teknis, dia bisa aja main buat Italia. Tapi sejak kecil, keluarganya tanemin identitas Polandia yang kuat banget.
Dia tumbuh di tengah dua dunia:
- Dibesarkan dalam sistem sepak bola Italia yang taktis dan teknikal
- Tapi dibesarkan di rumah dengan budaya, bahasa, dan nasionalisme Polandia
Dan ternyata, timnas Polandia duluan yang sadar bakat anak ini. Mereka ajak Zalewski masuk tim U-21, dan akhirnya debut senior di EURO 2020, padahal usianya masih 19 tahun waktu itu. Talk about fast track.
Akademi AS Roma: Bocah Lokal yang Diseriusin
Zalewski gabung akademi AS Roma sejak umur 9 tahun. Lo tahu sendiri, akademi Roma gak sembarangan. Mereka pernah lahirin bintang macam Totti, De Rossi, Florenzi, dan Pellegrini. Dan Zalewski tumbuh di generasi berikutnya yang disiapin buat jangka panjang.
Waktu itu dia sering main sebagai winger kiri, tapi karena tubuhnya kecil dan gerakannya cepet, pelatih sering eksperimen:
- Kadang dia dimainin jadi attacking midfielder
- Kadang disuruh tracking balik kayak wing-back
- Kadang dikasih tanggung jawab bola mati
Semua itu bikin Zalewski tumbuh jadi pemain yang ngerti banyak skenario—sesuatu yang sekarang jadi senjata utamanya.
Debut Senior Roma: Hadiah dari Mourinho
Kalau pelatih yang kasih debut lo ke tim utama adalah José Mourinho, itu bukan hal kecil. Mou bukan tipe pelatih yang asal lempar pemain muda ke lapangan.
Zalewski debut bareng Roma tahun 2021. Tapi musim 2021/22-lah yang bikin namanya meledak. Mourinho sempat krisis pemain di sisi kiri. Spinazzola cedera panjang. Gak ada opsi murni wing-back kiri.
Dan Mou bilang:
“Saya punya Zalewski. Dia bukan bek, tapi saya percaya dia bisa belajar cepat.”
Hasilnya? Zalewski tampil luar biasa.
Dia gak cuma nutup celah, tapi ngasih warna baru di sisi kiri. Beda sama Spinazzola yang lebih eksplosif, Zalewski lebih tenang, teknikal, dan rapi. Dia jadi semacam control freak di sisi lapangan: tahan bola, tunggu momen, baru lepas umpan atau tusuk ke dalam.
Gaya Main: Gelandang yang Disamar sebagai Bek Sayap
Posisi utama Zalewski sekarang lebih sering di:
- Left wing-back dalam formasi 3-5-2
- Kadang winger kiri
- Sesekali gelandang kiri dalam transisi
Ciri khas dia:
- Touch pertama bersih
- Berani pegang bola di area sempit
- Umpan silang cerdas, bukan asal angkat bola
- Positioning bagus banget—gak pernah panik waktu ditekan
- Sering bantu build-up dari bawah kayak gelandang
Dia bukan tipe yang sering masuk highlight karena dribble 1v1. Tapi kalau lo nonton Roma pelan-pelan, lo sadar: aliran bola lewat dia tuh “nyambung.”
Naik Kelas di Roma: Bukan Pelapis Lagi
Musim 2022/23, bahkan saat Spinazzola udah balik, Zalewski masih sering dipilih Mourinho. Kenapa?
Karena dia kasih:
- Opsi bertahan yang taktis
- Koneksi bagus sama gelandang kiri (Pellegrini, Cristante)
- Bisa switch ke kanan kalau perlu
Dan sekarang di musim 2023/24–2024/25, meski Roma gonta-ganti sistem dan pemain, Zalewski tetap starter atau super-sub andalan.
Nama dia belum sebesar wonderkid macam Bellingham atau Musiala, tapi kalau lo tanya fans Roma, mereka bakal bilang: Zalewski itu pondasi. Anak akademi yang main buat lambang, bukan cuma gaji.
Timnas Polandia: Si Pendiam yang Selalu Ada
Zalewski mulai dipanggil timnas Polandia sejak 2021. Di EURO 2020, dia jadi salah satu pemain termuda di skuat. Lalu main di Piala Dunia 2022, dan sekarang langganan starter di kualifikasi dan UEFA Nations League.
Menariknya, peran dia di timnas Polandia kadang beda dari di klub:
- Di Roma: wing-back
- Di Polandia: kadang main di sayap murni atau gelandang serang
Tapi gak pernah ngeluh. Gak pernah ribut minta posisi asli. Dia adaptasi terus. Bahkan pemain senior kayak Lewandowski pernah bilang:
“Zalewski punya masa depan besar. Dia tipe pemain yang kamu butuhin di tim mana pun.”
Gak Banyak Gaya, Tapi Kualitasnya Nempel
Zalewski bukan tipe pemain yang suka headline:
- Gak aktif di drama sosial media
- Gak suka selebrasi lebay
- Gak sering show-off dribbling
Tapi justru itu nilai jualnya. Dia tahu kapan harus “on”, kapan harus sederhana. Dan itu bikin dia jadi pemain favorit pelatih.
Lo tahu pemain kayak ini langka: yang bisa pegang bola, bisa nurut sistem, tapi juga bisa improv saat tim lagi stuck. Zalewski bukan sekadar “anak akademi”—dia udah masuk fase inti.
Masa Depan? Potensi Pemain Kunci Seri A
Masih 22 tahun, tapi udah punya:
- Pengalaman Eropa
- Pernah main di final kompetisi UEFA (UEFA Conference League 2022)
- Dipercaya pelatih top
- Jadi pilar timnas
Kalau dia terus jaga performa, gak nutup kemungkinan klub-klub besar bisa ngelirik dia di musim-musim depan. Tapi fans Roma sih harap dia stay lama, jadi simbol generasi baru pasca Totti–De Rossi–Florenzi.
Penutup: Zalewski Itu Bukti Kalau Konsistensi dan Kecerdasan Gak Pernah Kalah
Nicola Zalewski gak dateng dengan badge “wonderkid of the year”. Dia gak hype kayak pemain-pemain akademi lain yang jadi trending di Twitter. Tapi dia ngebuktiin satu hal penting:
“Kalau lo ngerti permainan, kerja konsisten, dan tahu kapan harus simple, lo bakal menang di long run.”
Roma punya talenta besar. Polandia punya aset masa depan. Dan sepak bola Eropa bakal makin ngeh sama nama Nicola Zalewski—anak imigran yang bikin dua negara bangga.