
Lo mungkin kenal Michael Owen dari highlight gol solo-nya lawan Argentina di Piala Dunia 1998. Atau mungkin lo inget dia sebagai striker pendek yang bisa ngelewatin back sekelas Nesta kayak lagi main FIFA di level easy. Tapi di balik semua itu, Owen punya cerita yang agak… tragis.
Terlalu bagus terlalu muda. Terlalu sering cedera terlalu cepat.
Awal Karier: Lahir untuk Jadi Striker
Michael James Owen lahir 14 Desember 1979 di Chester, Inggris. Dari kecil, dia udah jadi “anak ajaib” di semua tim usia dini. Bahkan waktu umur 13 tahun, klub-klub besar kayak Man United, Arsenal, Chelsea udah ngantri. Tapi akhirnya dia pilih Liverpool.
Di akademi Liverpool, dia langsung kelihatan beda:
- Sprint kilat, literally kayak atlet 100m
- Finishing kaki kanan-kiri oke
- Vision bagus walau postur pendek
- Mental predator di dalam kotak penalti
Tahun 1997, umur 17, dia debut di tim utama Liverpool. Dan langsung… cetak gol. Mulai dari situ, hype-nya meledak.
Piala Dunia 1998: Debut Internasional & Gol Legendaris
Masih umur 18 tahun, Owen dibawa Inggris ke Piala Dunia 1998. Banyak yang awalnya ngeremehin dia — terlalu muda, terlalu kecil, belum punya pengalaman.
Tapi di babak 16 besar lawan Argentina, dia cetak gol solo ikonik: ambil bola di tengah lapangan, lewatin dua bek, dan pleng! Gawang Bobó dibobol. Dunia langsung:
“Who the hell is this kid?!”
Dalam semalam, Owen berubah dari “pemain muda Liverpool” jadi ikon nasional Inggris.
Era Emas Bareng Liverpool: Mesin Gol yang Susah Dihentikan
Selama 1997–2004 di Liverpool, Owen adalah raja gol. Dia top skor klub bertahun-tahun. Gaya mainnya khas:
- Sprint ke ruang kosong
- Finishing secepat kedipan mata
- Jarang nyentuh bola banyak, tapi selalu tajam
Gelar? Cukup oke:
- 🏆 FA Cup
- 🏆 League Cup
- 🏆 UEFA Cup (2001)
- 🏆 Super Cup
Dan yang paling gokil: Ballon d’Or 2001.
Iya, dia menangin Ballon d’Or ngalahin Raul, Rivaldo, Figo, Zidane. Lo bayangin — striker pendek dari Inggris, ngalahin nama-nama elite Eropa.
Waktu itu, semua orang yakin: masa depan Inggris ada di Owen.
Tapi… Cedera Mulai Datang
Sayangnya, gaya main Owen yang mengandalkan kecepatan bikin dia rawan cedera otot, terutama hamstring. Mulai dari 2002, dia bolak-balik ruang medis.
- Cedera hamstring
- Cedera paha
- Cedera ankle
- Otot gak pernah 100% pulih
Dampaknya? Dia mulai kehilangan “ledakan.” Gak bisa sprint kayak dulu. Finishing-nya tetap tajam, tapi kehilangan senjata utamanya.
Liverpool mulai agak ragu, dan akhirnya… Real Madrid masuk.
Real Madrid: Galáctico yang Gak Pernah Benar-Benar Cocok
Tahun 2004, Owen pindah ke Madrid — gabung skuad berisi:
- Ronaldo (R9)
- Zidane
- Beckham
- Raúl
- Figo
Persaingan gila banget. Owen jadi cadangan, tapi dia tetap cetak 16 gol dari sedikit menit bermain. Efektif banget, tapi gak pernah benar-benar jadi andalan.
Dia bilang sendiri:
“Main di Madrid itu indah, tapi gue bukan bagian dari sistem. Gue cuma pelengkap.”
Cuma semusim di sana, lalu pulang ke Inggris — gabung Newcastle United.
Newcastle & Cedera Parah
Di Newcastle, Owen diharapkan jadi ikon klub. Tapi… yang datang malah versi rapuh dari Owen yang dulu. Cedera lagi, lagi, lagi. Puncaknya?
- Cedera lutut parah di Piala Dunia 2006
- Absen berbulan-bulan
- Karier gak pernah balik ke puncaknya
Dia tetap cetak gol, tapi lo bisa lihat perbedaannya:
Lebih pelan, lebih hati-hati, dan gak seefektif dulu.
Manchester United: Transfer Kontroversial
Tahun 2009, Owen bikin langkah yang bikin fans Liverpool ngamuk:
Gabung Manchester United.
Tapi dari sisi Owen? Ini langkah realistis. Dia pengen main di level top, dan Sir Alex butuh striker pelapis. Dia gak main banyak, tapi…
- Cetak gol kemenangan di Derby Manchester menit 96
- Jadi bagian skuad juara Premier League
- Dapet medali liga pertamanya
Ironis banget, kan? Owen dapet trofi liga bukan bareng Liverpool, tapi rival terbesarnya.
Akhir Karier: Stoke City & Gantung Sepatu
Setelah MU, Owen sempat main buat Stoke City, tapi lebih banyak cedera daripada main. Tahun 2013, dia resmi pensiun.
Usia? Baru 33 tahun.
Terasa muda banget buat pemain sekelas dia.
Gaya Main: Sprint + Insting = Gol
Owen itu bukan tipe striker yang flamboyan. Tapi dia punya:
- 👟 Sprint 0–100 km/h dalam 3 detik
- 🎯 Akurasi finishing luar biasa
- 🧠 Insting baca ruang yang tajam
- 💥 One-touch finishing terbaik di generasinya
Dia gak butuh banyak sentuhan. Dapet bola — shoot. Gawang jebol. Tapi karena dia sangat bergantung pada speed, cedera = kematian buat kariernya.
Timnas Inggris: Harapan yang Terlalu Dibebani
Owen punya 89 caps dan 40 gol buat Inggris. Main di:
- Piala Dunia 1998
- Euro 2000
- Piala Dunia 2002
- Euro 2004
- Piala Dunia 2006
Dia selalu jadi ikon utama Inggris, tapi gak pernah bawa trofi. Bukan karena dia jelek — tapi karena timnya gak pernah klik sepenuhnya.
Kehidupan Setelah Pensiun
Setelah pensiun, Owen jadi:
- Pundit di TV
- Pemilik kuda pacu (iya, dia serius di balap kuda)
- Kadang nyebar komentar pedes yang bikin fans panas
Dia juga bikin buku otobiografi yang jujur banget. Bahkan dia bilang kariernya jadi mimpi buruk setelah cedera, dan dia benci sepak bola di tahun-tahun terakhirnya.
Penutup: Michael Owen, Bintang yang Terlalu Cepat Naik — dan Terlalu Cepat Jatuh
Owen adalah ikon talenta murni. Dikasih segalanya: kecepatan, penyelesaian, insting. Tapi juga dikasih beban ekspektasi dan tubuh yang gak bisa ngimbangin.
Dia adalah simbol harapan dan kerapuhan sepak bola modern. Pemain yang mungkin bisa jadi legenda selevel Messi atau Ronaldo… kalau otot hamstring-nya gak rusak di umur 23.
Tapi tetap, lo gak bisa hapus momen-momen magisnya. Gol lawan Argentina, Ballon d’Or, sprint gila vs Arsenal — semua itu bikin dia abadi.